Pakar Lingkungan UGM Ungkap Penyebab Panas Ekstrem di Indonesia dan Desak Perluasan Ruang Terbuka Hijau
Liga335 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa panas ekstrem yang saat ini melanda beberapa wilayah di Indonesia, yang mencapai suhu maksimum 37,6°C, akan terus berlanjut hingga akhir Oktober atau awal November 2025. Daerah-daerah seperti Kalimantan, Papua, Jawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami panas yang cukup tinggi, terutama disebabkan oleh pergerakan semu matahari ke selatan khatulistiwa.
Menanggapi fenomena ini, Profesor Djati Mardiatno, Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gadjah Mada (UGM), menjelaskan bahwa cuaca panas yang terjadi saat ini disebabkan oleh kombinasi antara pergerakan semu matahari, angin muson timur, dan faktor lokal seperti urban heat island effect.
“Daerah dengan struktur bangunan yang padat, terutama di pusat kota, cenderung mengalami suhu yang lebih tinggi. Alih fungsi lahan dan meningkatnya jumlah bangunan turut berkontribusi terhadap suhu panas yang ekstrem ini,” ujarnya pada Jumat, 24 Oktober 2025.
Ac enurut Profesor Mardiatno, cuaca panas seperti ini merupakan fenomena alam yang terjadi secara periodik setiap tahunnya.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, cuaca panas terasa lebih ekstrem.
Akibatnya, semakin banyak orang yang mengandalkan pendingin ruangan (AC) dan kipas angin untuk menyejukkan ruangan.
Namun, katanya, AC juga berkontribusi terhadap tambahan emisi panas.
“Ketika semakin banyak orang menggunakan AC, udara hangat yang dilepaskan di luar ruangan juga meningkatkan suhu secara keseluruhan,” jelasnya.
Meskipun Indonesia telah memasuki musim hujan, namun masih banyak daerah yang mengalami suhu tinggi.
Hal ini disebabkan oleh radiasi matahari yang memantul ke permukaan bumi.
Ketika ada awan, panas yang dipantulkan dapat terperangkap dan diarahkan kembali ke permukaan bumi, sehingga meningkatkan sensasi panas.
Untuk mengurangi efek ini, Profesor Mardiatno menekankan bahwa mengurangi panas tidak dapat dicapai secara instan tetapi membutuhkan perencanaan lingkungan jangka panjang.
Salah satu strategi yang efektif adalah dengan memperluas ruang terbuka hijau dan meningkatkan tutupan pohon di perkotaan.
d daerah pemukiman.
“Pepohonan dan tutupan hijau dapat membantu menyerap panas dan memberikan iklim mikro yang lebih sejuk,” katanya.
Sebagai langkah praktis, ia menyarankan masyarakat untuk menjaga kesehatan fisik mereka dan menghindari aktivitas di luar ruangan selama jam-jam puncak panas, antara pukul 10 pagi dan 2 siang, kecuali jika benar-benar diperlukan.
“Jika terpaksa harus keluar rumah, lindungi tubuh Anda dari paparan sinar matahari langsung untuk mencegah dampak buruk bagi kesehatan,” tutupnya.