BANGKOK/PHNOM PENH, cvtogel — Konflik bersenjata antara pasukan Thailand dan Kamboja di wilayah perbatasan telah meningkat ke tingkat yang mengkhawatirkan, meluas hingga mencakup wilayah di lima provinsi yang berdekatan dengan perbatasan. Eskalasi ini telah menyebabkan jatuhnya puluhan korban jiwa dari kalangan warga sipil, selain kerugian besar pada infrastruktur dan properti.
Perluasan zona konflik ini menandai titik terburuk dalam sengketa teritorial kedua negara selama lebih dari satu dekade, memicu kecaman keras dari masyarakat internasional.
I. Perluasan Zona Konflik dan Korban Sipil
Baku tembak dan serangan artileri yang semula terbatas di sekitar Kuil Preah Vihear kini meluas ke beberapa distrik di provinsi-provinsi kunci.
Provinsi Terdampak: Lima provinsi yang dilaporkan mengalami insiden bersenjata dan serangan artileri meliputi [Sebutkan nama provinsi, contoh: Surin, Buriram] di sisi Thailand, dan [Sebutkan nama provinsi, contoh: Oddar Meanchey, Preah Vihear] di sisi Kamboja.
Korban Sipil: Menurut laporan dari Palang Merah di kedua negara, sedikitnya 15 warga sipil tewas dan lebih dari 50 orang terluka akibat tembakan lintas batas dan ledakan artileri. Korban sipil termasuk anak-anak dan wanita yang terjebak dalam zona pertempuran.
Kerusakan Infrastruktur: Sekolah, rumah sakit kecil, dan ribuan rumah penduduk di desa-desa perbatasan mengalami kerusakan berat, memaksa lebih dari 50.000 penduduk mengungsi massal.
II. Penggunaan Senjata Berat dan Respons Militer
Kedua belah pihak mengakui menggunakan senjata berat dalam pertempuran terbaru.
-
Keterlibatan Artileri: Laporan mengindikasikan penggunaan artileri berat, mortir, dan roket, yang menjadi penyebab utama korban sipil dan kerusakan luas di luar wilayah militer.
-
TNI Dikerahkan: Thailand telah mengerahkan puluhan ribu tentara tambahan ke garis depan dan mendeklarasikan zona darurat militer di beberapa distrik perbatasan. Kamboja juga memobilisasi unit cadangan untuk mempertahankan klaim teritorialnya.
“Ini bukan lagi sekadar sengketa teritorial, ini adalah krisis kemanusiaan yang harus segera dihentikan. Kami menuntut agar kedua negara menghormati hukum humaniter internasional dan memberikan akses penuh bagi bantuan kemanusiaan,” kata Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, dalam pernyataan resminya.
III. Kegagalan Diplomasi dan Desakan ASEAN
Upaya mediasi darurat yang dilakukan oleh pihak ketiga dan ASEAN sejauh ini belum membuahkan hasil, lantaran kedua negara tetap teguh pada klaim teritorialnya.
ASEAN didesak untuk mengambil tindakan lebih tegas, termasuk potensi pengiriman misi penjaga perdamaian ke zona penyangga, sebelum konflik ini semakin membesar dan mengancam stabilitas ekonomi dan politik di Asia Tenggara.